Minggu, 19 Mei 2013

Berusaha Moveon Tanpa Pernah Memiliki

Mencintai diam-diam itu sebenernya hanya membuat kita yang ngerasain menjadi pribadi yang labil. Kenapa aku bilang labil? Karena, disinilah semua emosi kita bekerja (barengan). Misalkan, detik ini kita ngerasa seneng karena dapat respon baik dari seseorang yang kita cintai itu. Didetik berikutnya, kita bisa aja jealous/cemburu karena ngeliat dia lagi deket dengan seseorang dan yang pasti seseorang itu bukan kita. Atau bisa aja, didetik berikutnya kita malah kecewa karena dia yang kita cintai gak peka sama perasaan kita. Dan masih banyak didetik-detik berikutnya lagi yang bisa kita rasain tanpa kita rencanain. Who knows?

Benerkan, dalam hal mencintai diam-diam itu terselip berbagai emosi? Iya, mulai dari 3C –care,cemburu,cinta- sampai kecewa, sumringah, sensian, and many more feelings that arise. Ya ibatkan adonan kue yang bersumber dari berbagai macam bahan; campur aduk dalam satu perasaan. Dan satuhal yang harus kita ketahui, perasaan campur aduk itu cuma kita aja yang ngerasain, bukan dia; dia yang kita cintai itu, dia yang gak tau apa-apa tentang perasaan kita, gak bakal ngerasain apa-apa.

Kita yang falling in love dengan doi –walaupun diam diam- sering juga curhat ketemen, nanya ini itulah. “eh, kira-kira dia suka gak ya sama aku?” “kira-kira aku masuk dalam tipe dia gak ya?” “kira-kira dia peka gak ya sama semua kode yang aku kasih?” “kira-kira.........blabla”. pas sekali! Teman curhat lebih sering dianggap mbah dukun yang bisa baca isi hati orang. Mungkin temen kita itu cuma bisa ngasih support biar kita lebih semangat ngejar apa yang kita inginin; cinta. Kita juga sering berandai-andai kalo lagi jatuh cinta, “seandainya dia tau dicintai sebegini besarnya, mungkin....” “seandainya dia bisa baca batin aku, pastinya dia bakal tau” Yakira-kira begitulah pengandaian.

Ketika sesorang yang kita cintai itu memberi respon baik ke kita, kita kadang suka menganggap kalau dia juga punya perasaan yang sama, sama kita. Mulai deh menduga-duga begini: “ih tadi dia baik banget keaku, jangan-jangan dia emang punya perasaan yang sama lagi, sama aku”. Itu menurut pendapat kita, belum tentu pendapat dia. Mungkin dia emang baik kesemua orang, salah satu orang itu kita, tapi kitanya yang salah mengartikan. Bisa ajakan?

Biasanya tuh, selama kita tau seseorang yang kita cinta itu gak gandengan sama pacarnya didepan mata kita, kita tetep aja keukeh mencintai dia abis-abisan, terkadang memang dalam diam. Tapi, ketika kita udah tau dia udah punya pacar dan gandengan tepat didepan mata kita, barudeh kita kecewa, nyesel, sakit hati, galau, dan nyalahin diri sendiri. Nah disaat seperti ini kita mulai ngejudge diri sendiri sertamerta orang yang kita cintai. Kita ngejudge diri sendiri dengan kata-kata: “Pengecut banget sih! ngomong soal hati aja gaberani! Jadinya gini, sakit hati sendiri! Bodoah!” *langsungnangisdipojokankamar*. Berlanjut ngejudge orang yang kita cintai tadi dengan kata-kata yang tak kalah pula: “kamu tuh punya hati gak sih?! Punya otak gak sih?! Jadi orang peka-an dikit lah! Peka woi, pekaaaa!” *langsungdengerinlagunyaBCL;kecewa*. Ribuan judge mojokin dia –yang dulu kita cintai- tapi gak didepan dianya langsung, melainkan hanya dibatin.

Oke.. setelah kita tau dia udah gak bakal kita miliki seutuhnya lagi, kita mulai menghindarinya atau bahkan membenci dia. Nah, otomatis rasa benci itu memudarkan rasa cinta kedia selama ini. Kitapun berusaha moveon, walaupun belum pernah memiliki. *duh* *jleeeb* *langsungpasangemot’</3’*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar