“Dengan bergantinya hari, bulan, serta tahun, berganti pula lah mindset kita sebagai manusia” - unknown
Iya, itulah yang aku rasakan beberapa minggu
terakhir, perubahan mindset. Tepatnya setelah memasuki usia 20 tahun. Ada beberapa pikiran yang mengganjal. Pikiran-pikiran yang diusia
belasan belum muncul, kalau pun muncul, masih seperti bayangan, samar-samar,
lalu menghilang. Namun ketika memasuki
usia 20 tahun ini, pikiran itu mulai menampakkan sosoknya sedikit demi sedikit,
dari yang samar menjadi lebih terlihat jelas, nyata, selalu ada.
Berapa pikiran
yang timbul diusia 20 tahun ini adalah diantaranya:
- Mulai mikirin gimana nanti setelah lulus kuliah
- Mikirin gimana nanti di dunia kerja
- Mikirin gimana rasanya ngasih gaji pertama buat orang tua
- Mikirin gimana nanti bertemu jodoh
- Mikirin gimana rasanya berumahtangga
- Mikirin gimana jadi ibunya anak-anak
- Mikirin gimana nanti di usia tua
- Mikirin hal-hal dunia yang lainnya.
Setelah memikirkan hal-hal diatas, timbul beberapa pertanyaan yang seakan-akan
mendorong aku keluar dari pemikiran tersebut. Pertanyaan yang membuat aku jadi
mikir lagi:
- Emangnya kamu siapa, yang sok tau apa yang akan terjadi besok?
- Emangnya kamu siapa, yang sok tau dengan masa depan, padahal masa depan aja gak tau kamu bisa sampai kesana apa enggak?
- Emangnya kamu siapa, yang bisa tau siapa duluan yang jemput kamu antara jodoh atau maut?
- Emangnya kamu siapa, yang bisa tau kapan akan mati sehingga bisa merasa bakal hidup beberapa puluh tahun lagi?
Ah, inilah pertanyaan yang menyadarkan aku bahwa:
- Siapalah aku ini, manusia biasa yang kebanyakan ‘mikir’ dan sok-sok tau dengan masa depan, padahal masa depan aja gak tau aku bisa sampai kesana apa enggak.
- Siapalah aku ini, perempuan yang mungkin aja dijemput maut duluan ketimbang jodohnya.
- Siapalah aku ini, yang gak tau kapan dan dimana akan mati, tapi belagak tau bakal hidup beberapa puluh tahun lagi.
- Siapalah aku ini, hanya manusia biasa yang imannya masih lemah, yang ilmunya masih sedikit, yang masih sering buat dosa, masih lupa bersyukur, masih suka mengeluh, dan masih terbuai dengan duniawi. Tapi belagak tau apa yang akan terjadi besok, apa yang akan dilakukan besok dan hal-hal yang sebenernya hanya Allah yang mengetahui. Astagfirullah.
Setelah mikir-mikir hal yang diatas, ada satu hal
yang ketinggalan dan jauh amat lebih penting untuk dipikirin, yaitu mikirin
mati. Iya, kita sering mikirin gimana hidup yang enak, tapi kadang
kita lupa mikirin gimana mati yang enak. Mati dalam keadaan khusnul
khotimah. Ah ini nih salah satu cita-cita baru yang ingin aku capai. Kapan dan dimanapun matinya, keadaanya tetap
khusnul khatimah~ insyaAllah.
Btw, apakah kamu
juga pernah merasakan polemik pemikiran seperti yang aku rasakan ini?
Note:
Dalam hal ini, bukan tidak boleh
kita berandai-andai dan merencanakan masa depan yang indah, tapi dengan adanya
‘pertanyaan’ diatas, kita jadi lebih aware bahwa kita bisa berencana,
tapi Allah lah diatas segalaNya. Itulah yang menjadi proteksi diri agar tidak
terlalu kecewa ketika rencana kita tidak sesuai dengan kenyataan. Iya, Allah
lebih tau, bahkan apa yang kamu sembunyikan di hati kamu. Iya, kamu…