Minggu, 10 Desember 2017

Ruang dan Jarak yang Tak Sama

                   
Setiap bulannya, walau hanya sehari-semalam, sebuah keluarga kecil akan berkumpul. Ibu, bapak, serta dua anak, berkumpul, sekedar temu rindu, bercerita, makan, dan ngopi bersama. Memang, tidak seperti keluarga lain yang bisa kapan saja melakukan hal-hal tersebut secara bersama. 

Tapi, mereka percaya, ketidakbersamaan fisik yang selalu, tak membuat mereka berkeluh. Walau ada ruang dan jarak yang tak sama, mereka percaya, Allah yang Maha Pemelihara pasti akan membersamai mereka dalam lindungan-Nya.

Minggu, 12 November 2017

Kriteria Idaman

Assalamu’alaikum~

Kepada ukhti-ukhti yang  saat ini sedang Allah jaga dikesendiriannya, gimana sih kriteria idaman kalian? Yang cakep? Kaya? romantis? Atau gimana? Jawab sendiri aja yaaa.

Nah kali ini, aku mau sedikit ngeshare tentang  kriteria lelaki idaman dan syarat menjadi wanita yang diidamkan.

Nah, untuk tipe lelaki idaman, Rasulullah berpesan dalam hadist riwayat Tirmidzi:

“Jika datang kepada kalian seorang lelaki yang kalian ridhai agama dan akhlaknya, maka nikahkanlah ia. Jika tidak, maka akan terjadi fitnah dimuka bumi dan kerusakan yang besar”

Dari hadis tersebut, kata nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, pilih lelaki itu karena dua hal:  Yang baik agamanya dan yang baik akhlaknya.

Kalo agamanya udah baik, insyaAllah surga-Nya Allah terasa begitu dekat. Contohnya nih: di sepertiga malam, bisa tahajud bareng, doi yang jadi imamnya, bacaan qurannya bagus. Ngaji bareng, kalo bacaan kita salah, doi yang benerin. Pergi ke majelis ilmu bareng, sekalipun taklimnya malem, tenang ae soalnya udah aman ada doi yang jagain. Pokoknya apapun ibadah yang dilakukan, itu semata-mata untuk mendapat ridho-Nya Allah, meraih surga-Nya Allah. Udah, bahagia bangetlah hidup.

Ditambah lagi dengan akhlaknya yang baik, bahagianya bisa bikin bidadari disurga cemburu deh kayanya. Ketika akhlaknya doi udah baik, tenang wae, doi bakalan paham lah gimana memperlakukan seorang perempuan yang dipilih sebagai penyempurna separuh agamanya. Doi bakal sepenuhnya menjadi imam yang baik untuk keluarga, dengan tanggung jawab nafkahnya, sikapnya memuliakan kita, yang kita akan selalu ngerasa tenang ketika bersamanya.  Dan doi akan berusaha juga untuk meneladani gimana sikap Rasulullah dan para sahabat terhadap istrinya, yang selalu sabar ngadepin istri yang mungkin cemburuan, atau lagi badmood-an. Doi juga bakal mencontohkan gimana sikap romantisnya Rasulullah, yang selalu sukses bikin istrinya merona. Ya gitu deh, yang buat  kita ngerasa bahagianya nggak berkesudahan. Bukan hanya berakhlak baik dengan istri, tapi juga dengan keluarga, saudara, tetangga, juga karib kerabat.

Itulah dua kriteria yang Rasulullah kasih untuk ukhti-ukhti shalihah biar dijadikan pedoman ketika ada lelaki spesial yang kelak akan datang mengetuk pintu rumah ukhti. Gimana, pada mau nggak punya lelaki yang seperti  itu? Yang baik agamanya, juga akhlaknya? Mau? Bisa kok, bisa. Rahasianya dalam Quran Surat An-Nur ayat 26:

“… dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik pula ...”

Iya, kalo mau dipasangkan dengan lelaki yang baik,  kitanya juga harus baik ya, ukh. Rasulullah berpesan agar  lelaki yang baik dianjurkan untuk memilih perempuan yang juga baik agamanya. Ini nih, pesan sekaligus syarat untuk ukhti shalihah yang ingin menjadi wanita yang diidamkan. Seperti dalam hadis riwayat Bukhori-Muslim:

“Wanita biasanya dinikahi karena empat hal: karena hartanya, karena kedudukannya, karena parasnya dan karena agamanya. Maka hendaklah kamu pilih wanita yang bagus agamanya. Kalau tidak demikian, niscaya kamu akan merugi”

Berbeda dengan memilih lelaki karena dua hal, sedangkan wanita dipilih karena empat hal: baik hartanya (yang mampu mengelola  harta suaminya), baik kedudukannya (dari keturunan yang baik-baik), baik parasnya (yang menjadi penyejuk mata dan hati yang menyenangkan), dan yang baik agamanya (ini yang paling utama, yang harus dijadikan prioritas).

Nah kalo kita dan doi udah sama-sama baik, udah serasi, udah se-frekuensi, ntar bakalan punya keturunan yang baik-baik juga, anak-anak yang shalih-shalihah,  yang jadi mujahid-mujahidah pembela agama-Nya Allah, yang bahkan bisa jauh lebih baik dari kedua orangtuanya. MasyaAllah, akan jadi keluarga yang bahagia dunia akhirat nih.   



Mau?

Rabu, 08 November 2017

Menua Bersama

Rabu, 8 November 1995.

Hari dimana Lelaki berusia dua-puluh-lima tahun menjabat tangan wali dari wanitanya yang usianya berbeda dua-tahun lebih muda. Lelaki itu mengucapkan janji yang disaksikan oleh kedua belah pihak keluarga dan para kerabat, dan yang pasti, Allah Yang Maha Menyayangi juga menjadi saksi janji itu. Hari itu, akad nikah yang sederhana terlaksana.

Rabu, 8 November 2017.

Dua-puluh-dua tahun yang dilalui bersama. Mereka menua, bersama. Suka-duka hingga tangis-tawa. Yang awalnya berdua, hingga sekarang, bertambah dua lagi yang melengkapi keduanya. Mereka, berempat, serta keturunan yang berikutnya, yang Allah jadikan sebagai keluarga didunia saat ini, pun  disurga nanti, insyaAllah.

Hari apapun, 8 Novemember disetiap tahun kedepannya adalah hari dimana mereka akan saling mengingat, betapa Allah Maha Kuasa untuk menjadikan dua orang yang tak saling mengenal diawal, menjadi saling mengasihi hingga akhir. Mengingat betapa Allah memberikan nikmat untuk selalu bersama,  hingga dihari tua. 

Kamis, 02 November 2017

Toga di Bulan November


Adalah salah satu mimpi yang menjadi kenyataan.
Adalah satu langkah menuju mimpi berikutnya.

Alhamdulillah.

Allah lagi-lagi memberikan nikmat yang amat besar kepada saya dibulan ini. Saya dapat merasakan betapa  bahagianya kedua orangtua ketika melihat saya menggunakan toga beserta aksesoris wisuda. Terlihat jelas dirawut  wajah mereka, yang seakan pada hari itu, lelahnya mereka mencari uang untuk sekolah  anaknya sudah terbayarkan.

Sebelum mengenakan toga dibulan November ini, ada begitu banyak perjuangan yang ditempuh, ada air mata yang mengalir, ada diskusi panjang yang terjadi, tidak sedikit keluhan yang muncul, dan ada perjuangan yang begitu besar dari orangtua yang selalu mengusahakan apapun sehingga dibulan ini, saya, menjadi seorang sarjana.

Terspesial untuk Allah yang Maha Baik, segala puji bagi-Mu ya Rabb. Terimakasih ya Rabb karena telah memberikan jalan keluar dari setiap permasalahan yang hamba temui. Terimakasih ya Rabb, Engkau telah memudahkan setiap urusan hamba, tanpa kemudahan dari-Mu tak akan ada toga dibulan November. Terimakasih untuk semua nikmat yang tidak bisa hamba hitung saking begitu banyaknya. Alhamdulillahi rabbil ‘alamin.

Dan terkhusus untuk mama dan papa, terimakasih sudah memberikan apapun yang saya butuhkan, juga yang saya inginkan. Terimakasih karena telah meridhoi langkah-langkah yang saya ambil. Terimakasih sudah menjadi penyempurna dikehidupan saya.  Ma, pa, Toga dibulan November ini adalah hal kecil yang bisa saya hadiahkan untuk mama papa. Tunggu ya ma, pa, sebentar lagi akan ada hadiah yang jauh lebih besar siap dihadiahkan untuk mama papa.

Dan tidak lupa, untuk kamu-kamu yang selalu ada bersama saya, saudara, teman, sahabat, terimakasih sudah mau membantu dikala susah. Terimakasih karena selalu ada dikala butuh. Teimakasih untuk kebaikan-kebaikan yang telah kalian beri. Sungguh, saya selalu berdoa semoga kebaikan yang kalian beri untuk saya,  langsung Allah ganti dengan  kebaikan yang lebih baik.

Ditulis dengan suka cita,



winda yang sudah diwisuda.


Jumat, 15 September 2017

YUDISIUM

Alhamdulillah, hari ini saya adalah satu diantara 180-an orang yang di yudisium. Bahagia, secara resmi dibelakang nama saya ada embel-embel “S.Farm” nya.

“Winda Pratama, S.Farm”

Btw, gelar sarjana ini jika diingat ke empat tahun belakang cukup penuh dengan suka cita, drama, hingga air mata.

Boleh flashback?

Ah, waktu berjalan begitu  cepat ya. Eh, bukan saja berjalan begitu cepat, rasanya seakan berlari. Iya, rasa-rasanya baru kemarin saya selesai ospek, yang tulisannya masih tersimpan rapi disini. Baru kemarin juga ngerasain capeknya kuliah yang pergi sunrise, pulang sunset. Yang hujan panas ditempuh. Yang kemana-mana bawa kotak praktikum. Yang ngerasa bangga pake jaslab diluar labor (sumpah ini norak banget).  Yang ketemu 3-4 kali praktikum dalam 1 minggu. Yang lelahnya luar biasa. Yang terkadang punya pikiran untuk menyerah, tapi masih punya tekad meraih cita-cita. Sampai ke drama per-skripsi-an yang berepisode-episode lamanya. Yang Alhamdulillah tenyata  masa-masa sulit itu terlewati juga.

Dan sekarang?

Alhamdulillah, lelah itu menghasilkan buah yang manis siap dipetik. Lelah itu tau kemana harus berlabuh. Lelah itu percaya bahwa hasil tak akan pernah mengkhianati usaha. Lelah itu berharga, dan telah terbayarkan, tunai. 

Dan, disini saya sangat ingin berterimakasih untuk semua orang yang ikut terlibat dalam pencapaian gelar yang resmi ini. Untuk semuanya, dengan adanya kalian, saya merasa bahagia. Sebahagia-bahagianya orang yang sedang bahagia. 


Ditulis dengan bahagia, 


 Winda.

Selasa, 28 Februari 2017

Polemik Pemikiran

“Dengan bergantinya hari, bulan, serta tahun, berganti pula lah mindset kita sebagai manusia” - unknown

Iya, itulah yang aku rasakan beberapa minggu terakhir, perubahan mindset. Tepatnya setelah memasuki usia 20 tahun. Ada beberapa pikiran yang mengganjal. Pikiran-pikiran yang diusia belasan belum muncul, kalau pun muncul, masih seperti bayangan, samar-samar, lalu menghilang. Namun ketika memasuki usia 20 tahun ini, pikiran itu mulai menampakkan sosoknya sedikit demi sedikit, dari yang samar menjadi lebih terlihat jelas, nyata, selalu ada.

Berapa pikiran  yang timbul diusia 20 tahun ini adalah diantaranya:
  • Mulai mikirin gimana nanti setelah lulus kuliah
  • Mikirin gimana nanti di dunia kerja
  • Mikirin gimana rasanya ngasih gaji pertama buat orang tua
  • Mikirin gimana nanti bertemu jodoh
  • Mikirin gimana rasanya berumahtangga
  • Mikirin gimana jadi ibunya anak-anak
  • Mikirin gimana nanti di usia tua
  • Mikirin hal-hal dunia yang lainnya.

Setelah memikirkan hal-hal diatas, timbul beberapa pertanyaan yang seakan-akan mendorong aku keluar dari pemikiran tersebut. Pertanyaan yang membuat aku jadi mikir lagi:
  •   Emangnya kamu siapa, yang sok tau apa yang akan terjadi besok?
  •  Emangnya kamu siapa, yang sok tau dengan masa depan, padahal masa depan aja gak tau kamu bisa sampai kesana apa enggak?
  •  Emangnya kamu siapa, yang bisa tau siapa duluan yang jemput kamu antara jodoh atau maut?
  •   Emangnya kamu siapa, yang bisa tau kapan akan mati sehingga bisa merasa bakal hidup beberapa puluh tahun lagi?

Ah, inilah pertanyaan yang menyadarkan aku bahwa:
  • Siapalah aku ini, manusia biasa yang kebanyakan ‘mikir’ dan sok-sok tau dengan masa depan, padahal masa depan aja gak tau aku bisa sampai kesana apa enggak.
  • Siapalah aku ini, perempuan yang mungkin aja dijemput maut duluan ketimbang jodohnya.
  •  Siapalah aku ini, yang gak tau kapan dan dimana akan mati, tapi belagak tau bakal hidup beberapa puluh tahun lagi.
  • Siapalah aku ini, hanya manusia biasa yang imannya masih lemah, yang ilmunya masih sedikit, yang masih sering buat dosa, masih lupa bersyukur, masih suka mengeluh, dan masih terbuai dengan duniawi. Tapi belagak tau apa yang akan terjadi besok, apa yang akan dilakukan besok dan hal-hal yang sebenernya hanya Allah yang mengetahui. Astagfirullah.

Setelah mikir-mikir hal yang diatas, ada satu hal yang ketinggalan dan jauh amat lebih penting untuk dipikirin, yaitu mikirin mati.  Iya, kita sering mikirin gimana hidup yang enak, tapi kadang kita lupa mikirin gimana mati yang enak. Mati dalam keadaan khusnul khotimah. Ah ini nih salah satu cita-cita baru yang ingin aku capai. Kapan dan dimanapun matinya, keadaanya tetap khusnul khatimah~ insyaAllah.

Btw, apakah kamu  juga pernah merasakan polemik pemikiran seperti yang aku rasakan  ini?



Note:
Dalam hal ini, bukan tidak boleh kita berandai-andai dan merencanakan masa depan yang indah, tapi dengan adanya ‘pertanyaan’  diatas, kita jadi lebih aware bahwa kita bisa berencana, tapi Allah lah diatas segalaNya. Itulah yang menjadi proteksi diri agar tidak terlalu kecewa ketika rencana kita tidak sesuai dengan kenyataan. Iya, Allah lebih tau, bahkan apa yang kamu sembunyikan di hati kamu. Iya, kamu…

Rabu, 22 Februari 2017

Muhasabah Diri

Bismillahirrahmanirrahim.

Ya Allah ya Tuhan kami.
Ampunkan lah dosa-dosa kami ya Allah
Dosa-dosa besar kami ya allah dan dosa-dosa kami yang kecil ya Allah
Dosa dosa yang kami lakukan secara diam-diam dan secara terang-terangan
Dosa yang kami  lakukan secara sengaja dan dosa yang tidak kami sengaja ya Allah

Ya Allah ya Tuhan kami.
Gugurkanlah dosa-dosa kami ya Allah
dosa-dosa inilah yang menjadikan hati kami keras membatu ya Allah
dosa-dosa yang menjadikan  rahmatmu tidak turun kepada kami ya Allah
dosa dosa yang mencabut keberkahan rizki dari hidup kami ya Allah
dosa-dosa yang membuat kami mendapat musibah  dan ujian yang tidak berkesudahan ya Allah

Ya Allah ya Tuhan kami.
Kami memohon dan mengadu kepada Engkau ya Allah atas kesulitan yang terjadi dalam perjalan hidup kami ya Allah
Kami memohon pertolongan kepada Mu atas setiap ujian yang kami lalui dalam hidup kami ini ya Allah
Kepada siapa lagi kami akan mengadu dan menumpahkan perasaan kami ini
kecuali hanya kepadaMu saja ya Allah
Kami merintih kepadaMu karena kami sadar Engkaulah  yang Maha Mendengar dan Mengijabah doa hamba hambamu ya Allah.

Ya Allah ya Tuhan kami.
Kami memohon kepadaMu dengan apa yang pernah dimohon oleh nabi kami kepadaMu
Dan kami memohon untuk dijauhkan dari apa yang diminta untuk dijauhkan oleh nabi Muhammad shallaula hu ‘alaihi wa salam.

Ya Allah ya Tuhan kami.
Rahmatilah  hidup kami ini ya Allah
Berikanlah kami rezeki yang halal dan berkah ya Allah
Panjangkanlah umur kami  dalam keridhoanmu ya Allah

Aamiin Allahumma Aamiin.