Jumat, 09 Februari 2018

Tidak semudah itu, Kawan.



Assalamu’alaikum, semuanya!

Oke, kali ini ingin berbagi sedikit cerita  tentang sepaket  dilema dan keresahan yang berakhir rasa syukur kepada Allah.  Silahkan dibaca :)

Bismillah, mulai yaa.

Sama seperti hari-hari biasanya, tapi di awal januari lalu masih ada keresahan yang mengganjal. Keresahan yang masih berlanjut sejak November 2017 lalu. Iya, dari november  sampai awal januari, aku masih dilema. Jadi gini, setelah wisuda dibulan November 2017, aku dihadapkan dengan dua pilihan yang membingungkan. Yaitu antara memilih lanjut kuliah profesi, atau memilih lanjut kerja dulu. Dan saat itu, pertimbangannya emang  berat banget sih. 

Disatu sisi, pengen banget ngelanjutin kuliah profesi, apalagi cuma 1 tahun doang yakan. Nah pertimbangan lainnya adalah karena peluang kerja sarjana farmasi tanpa profesi itu agak terbatas. Jadi, yaa emang sebaiknya kalo udah selesai sarjana farmasi, lanjut kuliah profesi. Sistemnya gitu sih.

Tapi di sisi yang lain,  pengen kerja juga,  pengen  ngerasain gimana rasanya nyari duit sendiri. Pengen ngerasain gimana susahnya nyari lembar-lembar rupiah yang selama ini dengan mudah nya dihambur-hamburin ketika awal bulan :’)

Nah itulah yang emang bikin dilema saat itu. Bener-bener menimbang  mana  yang harus diprioritaskan terlebih dahulu.

Berangkat  dari itu semua, aku mulai mencari-cari informasi terkait “mau kerja apa?” dan  “mau lanjut kuliah dimana?”. Dengan tekad, kalo misal sebelum Januari 2018 belum dapat kerjaan yang pas, maka pilihannya adalah lanjut kuliah dulu. Jadi selama November - Desember 2017 aku mulai berkelana mencari kerja~

Kita flashback  dulu ke November -  Desember 2017 yah.

November-Desember, 2017.
Karena setelah wisuda itu jadi pengangguran, akhirnya memutuskan  untuk mencari-cari kerjaan. Orangtua gak nyuruh, tapi emang keinginan sendiri sih.  Dan ada dua teman yang saat itu juga punya pemikirian yang sama; abis wisuda cari kerjaan. Mulailah tanya dari satu apotek ke apotek lain,  dari satu rumah sakit ke rumah sakit lain, apakah butuh Tenaga Teknis Kefarmasian(TTK) atau apapun yang kaitannya dengan keilmuan sarjana farmasi? Beberapa menolak karena pegawainya masih cukup. Dan ternyata ada satu apotek yang dekat rumah lagi nyari TTK, melamarlah kesana dengan membawa CV, besoknya interview, besoknya lagi udah boleh kerja. Nah, gak tau kenapa nih, setelah interview, ada beberapa hal yang bikin aku gak ­sreg dengan apotek  itu, yang pada akhirnya, besok yang seharusnya jadi hari pertama kerja,  aku nggak datang.  I dunno why :(

Beberapa hari kemudian, dapet info di grup alumni, ada lowongan jadi store manager di salah satu apotek yang banyak di mall-mall, sebut saja c*ntury. Akhirnya disitu aku coba-coba melamar, dan disitu untuk testnya banyak banget cuy, seingatku kemaren test tertulisnya dari jam 8 pagi sampe jam 1 siang. Setelah test tertulis, dinyatakan lulus alhamdulillah. Tinggal nunggu jadwal interview. Nah, jadwal interviewnya ini yang gak jelas kapan. Sedangkan waktu terus mendekat ke akhir tahun, yang artinya; kalo sebelum januari 2018 belum dapat kerjaan, maka fix lanjut kuliah.

Nah karena udah makin dekat ke awal tahun tapi masih belum dapet kerjaan yang pas, maka sesuai tekad awal; lanjut kuliah profesi dulu. Dengan itu aku lebih fokusin diri untuk nyiapin test-test masuk profesi. Mulai dari ngelist universitas yang buka dengan mencari tau syarat univ, akreditas, jadwal test-pengumuman, dan biaya. Sampailah dengan beberapa nama universitas yang masuk dalam list ‘mau lanjut kuliah dimana?’ yaitu UNAND (padang), UNHAS (makasar), UMS (solo), UAD (yogyakarta), USB (solo), UMP (purwokerto), UNJANI (bandung), dan UP (jakarta).

Oke, beberapa pertimbangan memilih univ diatas adalah yang pertama, niat awalnya pingin daftar di UNAND,  karena selain murah dan akreditasnya udah bagus, juga karena deket. Jambi - Padang cuma 12 jam doang naik bis. Tapi, karena jadwal test nya di minggu  ke dua atau minggu ketiga gitu, sedangkan beberapa  univ  lain udah mulai buka diminggu pertama januari. Dan mungkin karena peluangnya juga kecil banget untuk peserta non-alumni maka dicoretlah dari list :’)

Selanjutnya, pengin juga daftar di UNHAS, jauh banget sih yaa dari Jambi ke Makasar.  Pengen aja gitu yang jauh sekalian. Tapi setelah melihat jadwalnya, mulai dari test tertulis, test kesehatan, wawancara, sampai pengumuman itu menghabiskan waktu kuranglebih 1 bulan. Karena itulah, univ yang kedua ini juga dicoret dari list.

Nah, yang ketiga adalah UMS dan UAD, dua univ ini jadwal testnya deketan, minggu pertama bulan januari. Udah niat daftar sih,  tapi saat itu gak tau kenapa ada keragu-raguan gitu, selain itu juga belum nyiapin beberapa persyaratan seperti test narkoba dll. Iya, lagi-lagi banyak keraguan yang datang disaat waktu-waktu kritis. Akhirnya, waktu test kedua univ ini terlewati, sedangkan aku masih di  Jambi. And the end, dua univ itu juga dicoret dari list.

Tapi setelah diskusi dengan orangtua, diyakini oleh keluarga, dan yang pasti minta kemudahan dari Allah. Akhirnya menyakini diri  untuk coba test di USB. Selain karena biaya hidup di solo murah, kemana-mana deket, dan juga misal gak keterima, masih ada beberapa univ yang deket yang bisa dijadikan plan selanjutnya. Nah dengan modal doa dan yakin kalo Allah akan memudahkan semuanya, akhirnya di tanggal 11 januari 2018,  kali pertama menginjakkan kaki di Solo!

Bersama teman yang sama-sama dari Jambi, kita mengikuti test, dua hari kemudian pengumuman. Sebelum hasil pengumuman keluar, sudah nyiapin diri kalo misal gak lulus, akan segera ke Purwokerto, test di UMP. Misal di UMP juga gak lulus, akan segera ke Bandung, test di UNJANI. Dan apabila di UNJANI  juga gak lulus, pilihan terakhirnya adalah di Universitas Pancasila, Jakarta. Iya, pertimbangannya adalah jadwal test yang berurutan. Sudah nyiapin plan A sampai plan X, cuy. Soalnya gimana yaaa, peluang untuk dapetin kursi profesi tuh makin kesini kok makin susah yaa :(

Dan hari yang ditunggu tiba,  hasil pengumuman keluar! Saat itu ada rasa antara senang dan sedih. Seneng, Alhamdulillah karena Allah, aku lulus dengan sekali test, yang artinya, univ yang dijadikan plan selanjutnya cukup jadi plan aja. Dan sedihnya adalah ketika tau temen-temen yang lain masih harus berjuang mencari peruntungan di univ lain, dan sedih juga, otomatis disini aku bener-bener sendiri a.k.a gak ada temen yg sama-sama dari Jambi.

Beberapa hari setelah pengumuman, langsung registrasi, dan kuliah perdana. Alhamdulillah.

Ohya, for your info, kuliahnya cuma dua semester sih, tapi cukup padat, gabisa santai-santai.

Untuk jadwal semester 1 adalah teori di kelas dan  studi kasus:
ü  4 bulan pertama full kuliah,  dari  senin-minggu mulai jam 7 pagi sampe jam 5 sore, dan hanya libur dihari jumat.
ü  1 bulan full ujian. Iya, bener-bener 1 bulan kita ujiannya. 2 minggu pertama UTS, 2 minggu selanjutnya UAS.

Masuk ke jadwal semester 2 yaitu Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA)
ü  1 minggu PKPA dipuskesmas
ü  1 hari kunjungan ke Dinkes Kota
ü  1 hari kunjungan  ke Instalasi Farmasi  Kota
ü  1 bulan PKPA di Apotek
ü  2 bulan  PKPA di Rumah Sakit

Setelah selesai itu, dilanjutkan dengan jadwal ujian  kompre RS dan Apotek.

Dari seabrek-abrek jadwal itu, disatu titik terkadang timbul perasaan pengen ngeluh, capeklah, inilah, itulah. Tapi kadang langsung tersadar  lagi sih, “udah dikasih kemudahan segini banyak sama Allah, masih mau ngeluh? Kok kesannya gak tau diri yaaa. Astagfirullah  :(”  


Ohya terakhir, sebelum bener-bener memutuskan untuk lanjut kuliah, aku  banyak banget minta doa dari siapapun yang saat itu aku temui. Utamanya doa kedua orangtua, doa keluarga, teman-teman dan semuanya. Karena aku yakin, dengan doa, semua yg sepertinya gak mungkin, bisa bener-bener terjadi. Dan semua yang terjadi  ini, bener-bener udah Allah atur dengan sebaik-baiknya. 

Iya, intinya jangan lelah minta doa dengan siapapun, karena kita gak tau, doa dari mulut siapa yang Allah kabulkan. Dan kalo bukan karena Allah yang memudahkan dan menguatkan, kita gak bisa apa-apa. Lemah gak berdaya, cuy. Terimakasih ya Allah. Alhamdulillah. 

Dan Alhamdulillahnya lagi, walaupun di solo gak punya keluarga sama sekali, tapi Allah mempertemukan dengan orang-orang baik disini. Matur suwun, semoga Allah membalas kebaikan jenengan semua! :)

Pointnya:
Kalo bukan karena Allah, tidak semudah itu, kawan!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar