Assalamu’alaikum, semuanya!
Oke, kali ini ingin berbagi sedikit
cerita tentang sepaket dilema dan keresahan yang berakhir rasa
syukur kepada Allah. Silahkan dibaca :)
Sama seperti hari-hari biasanya,
tapi di awal januari lalu masih ada keresahan yang mengganjal. Keresahan yang
masih berlanjut sejak November 2017 lalu. Iya, dari november sampai awal januari, aku masih dilema. Jadi
gini, setelah wisuda dibulan November 2017, aku dihadapkan dengan dua pilihan
yang membingungkan. Yaitu antara memilih lanjut kuliah profesi, atau memilih
lanjut kerja dulu. Dan saat itu, pertimbangannya emang berat banget sih.
Disatu sisi, pengen banget
ngelanjutin kuliah profesi, apalagi cuma 1 tahun doang yakan. Nah pertimbangan
lainnya adalah karena peluang kerja sarjana farmasi tanpa profesi itu agak terbatas. Jadi, yaa emang sebaiknya kalo udah selesai sarjana farmasi, lanjut
kuliah profesi. Sistemnya gitu sih.
Tapi di sisi yang lain, pengen kerja juga, pengen ngerasain gimana rasanya nyari duit sendiri. Pengen
ngerasain gimana susahnya nyari lembar-lembar rupiah yang selama ini dengan
mudah nya dihambur-hamburin ketika awal bulan :’)
Nah itulah yang emang bikin
dilema saat itu. Bener-bener menimbang mana
yang harus diprioritaskan terlebih dahulu.
Berangkat dari itu semua, aku mulai mencari-cari
informasi terkait “mau kerja apa?” dan
“mau lanjut kuliah dimana?”. Dengan tekad, kalo misal sebelum Januari
2018 belum dapat kerjaan yang pas, maka pilihannya adalah lanjut kuliah dulu.
Jadi selama November - Desember 2017 aku mulai berkelana mencari kerja~
Kita flashback dulu ke November - Desember 2017 yah.
November-Desember,
2017.
Karena setelah wisuda itu jadi
pengangguran, akhirnya memutuskan untuk
mencari-cari kerjaan. Orangtua gak nyuruh, tapi emang keinginan sendiri sih. Dan ada dua teman yang saat itu juga punya pemikirian yang sama; abis wisuda cari kerjaan. Mulailah tanya dari satu apotek ke apotek lain,
dari satu rumah sakit ke rumah sakit lain, apakah butuh Tenaga Teknis
Kefarmasian(TTK) atau apapun yang kaitannya dengan keilmuan sarjana farmasi?
Beberapa menolak karena pegawainya masih cukup. Dan ternyata ada satu apotek
yang dekat rumah lagi nyari TTK, melamarlah kesana dengan membawa CV, besoknya
interview, besoknya lagi udah boleh kerja. Nah, gak tau kenapa nih, setelah
interview, ada beberapa hal yang bikin aku gak sreg
dengan apotek itu, yang
pada akhirnya, besok yang seharusnya jadi hari pertama kerja, aku nggak datang. I dunno why :(
Beberapa hari kemudian, dapet info
di grup alumni, ada lowongan jadi store
manager di salah satu apotek yang banyak di mall-mall, sebut saja c*ntury.
Akhirnya disitu aku coba-coba melamar, dan disitu untuk testnya banyak banget
cuy, seingatku kemaren test tertulisnya dari jam 8 pagi sampe jam 1 siang. Setelah
test tertulis, dinyatakan lulus alhamdulillah. Tinggal nunggu jadwal interview.
Nah, jadwal interviewnya ini yang gak jelas kapan. Sedangkan waktu terus
mendekat ke akhir tahun, yang artinya; kalo sebelum januari 2018 belum dapat
kerjaan, maka fix lanjut kuliah.
Nah karena udah makin dekat ke awal
tahun tapi masih belum dapet kerjaan yang pas, maka sesuai tekad awal; lanjut
kuliah profesi dulu. Dengan itu aku lebih fokusin diri untuk nyiapin test-test
masuk profesi. Mulai dari ngelist universitas
yang buka dengan mencari tau syarat univ, akreditas, jadwal test-pengumuman, dan
biaya. Sampailah dengan beberapa nama universitas yang masuk dalam list ‘mau
lanjut kuliah dimana?’ yaitu UNAND (padang), UNHAS (makasar), UMS (solo), UAD
(yogyakarta), USB (solo), UMP (purwokerto), UNJANI (bandung), dan UP (jakarta).
Oke, beberapa pertimbangan memilih
univ diatas adalah yang pertama, niat awalnya pingin daftar di UNAND, karena selain murah dan akreditasnya udah
bagus, juga karena deket. Jambi - Padang cuma 12 jam doang naik bis. Tapi, karena
jadwal test nya di minggu ke dua atau minggu
ketiga gitu, sedangkan beberapa
univ lain udah mulai buka
diminggu pertama januari. Dan mungkin karena peluangnya juga kecil banget untuk
peserta non-alumni maka dicoretlah dari list :’)
Selanjutnya, pengin juga daftar di
UNHAS, jauh banget sih yaa dari Jambi ke Makasar.
Pengen aja gitu yang jauh sekalian. Tapi setelah melihat jadwalnya, mulai dari test tertulis, test kesehatan, wawancara, sampai pengumuman itu
menghabiskan waktu kuranglebih 1 bulan. Karena itulah, univ yang kedua ini juga
dicoret dari list.
Nah, yang ketiga adalah UMS dan UAD,
dua univ ini jadwal testnya deketan, minggu pertama bulan januari. Udah niat
daftar sih, tapi saat itu gak tau kenapa ada keragu-raguan gitu, selain itu juga belum nyiapin beberapa persyaratan seperti test narkoba dll.
Iya, lagi-lagi banyak keraguan yang datang disaat waktu-waktu kritis. Akhirnya,
waktu test kedua univ ini terlewati, sedangkan aku masih di Jambi. And the end, dua univ itu juga dicoret
dari list.
Tapi setelah diskusi dengan
orangtua, diyakini oleh keluarga, dan yang pasti minta kemudahan dari Allah.
Akhirnya menyakini diri untuk coba
test di USB. Selain karena biaya hidup
di solo murah, kemana-mana deket, dan juga misal gak keterima, masih ada
beberapa univ yang deket yang bisa dijadikan plan selanjutnya. Nah dengan modal doa dan yakin kalo Allah akan memudahkan semuanya,
akhirnya di tanggal 11 januari 2018,
kali pertama menginjakkan kaki di Solo!
Bersama teman yang sama-sama dari
Jambi, kita mengikuti test, dua hari kemudian pengumuman. Sebelum hasil
pengumuman keluar, sudah nyiapin diri kalo misal gak lulus, akan segera ke
Purwokerto, test di UMP. Misal di UMP juga gak lulus, akan segera ke Bandung,
test di UNJANI. Dan apabila di UNJANI
juga gak lulus, pilihan terakhirnya adalah di Universitas Pancasila,
Jakarta. Iya, pertimbangannya adalah jadwal test yang berurutan. Sudah nyiapin
plan A sampai plan X, cuy. Soalnya gimana yaaa, peluang untuk dapetin
kursi profesi tuh makin kesini kok makin susah yaa :(
Dan hari yang ditunggu tiba, hasil pengumuman keluar! Saat itu ada rasa antara
senang dan sedih. Seneng, Alhamdulillah karena Allah, aku lulus dengan sekali
test, yang artinya, univ yang dijadikan plan selanjutnya cukup jadi plan aja. Dan sedihnya adalah ketika tau temen-temen yang lain masih harus berjuang
mencari peruntungan di univ lain, dan sedih juga, otomatis disini aku
bener-bener sendiri a.k.a gak ada temen yg sama-sama dari Jambi.
Beberapa hari setelah pengumuman,
langsung registrasi, dan kuliah perdana. Alhamdulillah.
Ohya, for your info, kuliahnya cuma dua
semester sih, tapi cukup padat, gabisa santai-santai.
Untuk jadwal semester 1 adalah teori
di kelas dan studi kasus:
ü 4
bulan pertama full kuliah, dari senin-minggu mulai jam 7 pagi sampe jam 5
sore, dan hanya libur dihari jumat.
ü 1
bulan full ujian. Iya, bener-bener 1 bulan kita ujiannya. 2 minggu pertama UTS,
2 minggu selanjutnya UAS.
Masuk ke jadwal semester 2 yaitu
Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA)
ü 1
minggu PKPA dipuskesmas
ü 1
hari kunjungan ke Dinkes Kota
ü 1
hari kunjungan ke Instalasi Farmasi Kota
ü 1
bulan PKPA di Apotek
ü 2
bulan PKPA di Rumah Sakit
Setelah selesai itu, dilanjutkan
dengan jadwal ujian kompre RS dan Apotek.
Dari seabrek-abrek jadwal itu,
disatu titik terkadang timbul perasaan pengen ngeluh, capeklah, inilah, itulah.
Tapi kadang langsung tersadar lagi sih, “udah dikasih kemudahan segini banyak sama
Allah, masih mau ngeluh? Kok kesannya gak tau diri yaaa. Astagfirullah :(”
Ohya terakhir, sebelum bener-bener memutuskan
untuk lanjut kuliah, aku banyak banget
minta doa dari siapapun yang saat itu aku temui. Utamanya doa kedua orangtua,
doa keluarga, teman-teman dan semuanya. Karena aku yakin, dengan doa, semua yg sepertinya
gak mungkin, bisa bener-bener terjadi. Dan semua yang terjadi ini, bener-bener udah Allah atur dengan sebaik-baiknya.
Iya, intinya jangan lelah minta doa
dengan siapapun, karena kita gak tau, doa dari mulut siapa yang Allah kabulkan.
Dan kalo bukan karena Allah yang memudahkan dan menguatkan, kita gak bisa apa-apa.
Lemah gak berdaya, cuy. Terimakasih ya Allah. Alhamdulillah.
Dan Alhamdulillahnya lagi, walaupun
di solo gak punya keluarga sama sekali, tapi Allah mempertemukan dengan
orang-orang baik disini. Matur suwun, semoga Allah membalas kebaikan jenengan semua! :)
Pointnya:
Kalo
bukan karena Allah, tidak semudah itu, kawan!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar